“Gerakan Mahasiswa dan Ancaman Revolusi Sosial di Negara Indonesia”

Aksi%2BMahasiswa%2BCeos%2BDengan%2BPolisi%2BSeptember%2B2018%2Bdi%2BIndonesia%2Bcats
Kolase/Foto; Aksi Mahasiswa di Riau, Medan dan Bengkulu. [September 2018]

 Oleh Syahganda Nainggolan
(Direktur Sabang Merauke Circle)
OPINI, SriwijayaAktual.com – Mahasiswa telah digebuki polisi di beberapa daerah ketika melakukan
demonstrasi menuntut Jokowi memperbaiki kondisi ekonomi dan bahkan
menuntut Jokowi mundur.
Merespon kejadian ini, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa se-Indonesia,
Fauzul Adzim, membuat rilis yang isinya mengecam pemerintahan Jokowi
yang mengebiri demokrasi dan meminta kepala polisi Tito Karnavian tidak
main gebuk orang-orang (mahasiswa) yang menjalankan demokrasi serta
menghukum polisi yang melakukan kekerasan. BEM SI ini juga menuntut
Jokowi agar meminta maaf pada seluruh mahasiswa Indonesia.
Gerakan mahasiswa saat ini kita lihat mulai marak dan menjalar ke
seluruh pelosok negeri. Fenomena ini menarik, meskipun tahun tahun
sebelumnya ada juga gerakan mahasiswa, namun tidak sebesar dan seradikal
yang saat ini ada.
Mengapa Ada Gerakan Mahasiswa?
Bagaimana kita memahami fenomena ini? Tentu banyak sebab yang dapat
kita selidiki, tapi dua hal sebagai berikut penting diperhitungkan; 
Pertama, kita berasumsi bahwa kesadaran politik mahasiswa yang hilang
selama ini muncul kembali. Kemunculan ini disebabkan faktor kesejarahan
yang menempatkan mahasiswa kita sebagai ”avant garde” dalam mendorong
kebangkitan bangsa.
Kedua, kita dapat juga menelisik kepada kepentingan kolektif
mahasiswa itu sendiri, dengan melihat adanya kegagalan universitas dan
dunia kerja memberikan kesesuaian antara apa yang diimpikan mahasiswa
setelah lulus dengan fakta lapangan kerja yang ada.
Kedua hal di atas, sebagai sebab ataupun motivasi terjadinya gerakan
mahasiswa belakangan ini adalah sesuatu yang sah. Dalam kesadaran
kesejarahannya, mahasiswa dinegara-negara berkembang umumnya mengambil
peran sebagai pahlawan dalam menuntut keadilan.

Berita Terkait: Mahasiswa Medan Saat Aksi Bentrok Dahsyat dengan Polisi, Lari ke Markas TNI Mohon Perlindunganya?

Sebenarnya ini bukan hanya terbatas pada negara berkembang saja, jika
kita melihat peran mahasiswa di Amerika semasa perang Vietnam tahun 60
hingga 70-an dengan gerakan occupy (Wallstreet lalu Campus) beberapa
tahun lalu. Kedua peristiwa berbeda jaman itu melahirkan kesadaran
perjuangan mahasiswa menegakkan keadilan.
Di Hongkong juga, beberapa tahun lalu, gerakan mahasiswa menentang
pemerintah pusat RRC atas sikap otoriter dalam menentukan kepemimpinan
Hongkong, menyebabkan gerakan mahasiswa menguasai Hongkong dalam waktu
yang lama.
Di Eropa, dalam kaitan dengan krisis ekonomi dan isu “immigrant”, mahasiswa juga banyak melakukan protes sosial.
Jadi, sesungguhnya gerakan mahasiswa tersebut tidak bisa punah atau
usang. Sepanjang adanya ketidakadilan atau persoalan sosial yang nyata,
mereka pasti akan hadir kembali. Apalagi jika dikaitkan hancurnya
institusi politik kita, yang korup dan jahat saat ini.
Kegelisahan mahasiswa jika dikaitkan dengan masa depan mereka yang
semakin buruk, bisa juga jadi bersifat komplementer atas eksistensi
kesadaran politik mereka. Tahun ini, menurut BPS, terjadi peningkatan
sarjana menganggur.
Tahun 2018, sekitar 8 persen atau 660.000 dari 7 juta sarjana
menganggur karena tidak dapat diserap lapangan kerja yang layak. Banyak
sarjana diberitakan bekerja sebagai buruh Gojek.
Sesuatu yang memilukan bagi masa depan yang dibayangkan mahasiswa.

Berita Terkait: Hanya PKI !!! Yang Berani Mengusik HMI

Hal ini tentu dipersepsikan mahasiwa sebagai kegagalan pemerintah 
menciptakan pilihan pembangunan yang menyerap pencari kerja. APINDO
sendiri tahun lalu merilis hanya mampu menyerap 500 ribu tenaga kerja
formal. Jauh di bawah angka 2,5 juta pencari kerja baru. Dan sarjana
umumnya berekspektasi akan menjadi pekerja formal dan pekerja tetap.
Kesadaran politik mahasiswa yang bercampur dengan kegelisahan akan
masa depan tentu keduanya mendorong fenomena gerakan mahasiswa ini. Jika
keduanya berhimpit atau menjadi sumber kesadaran pada saat bersamaan,
maka militansi mereka semakin besar.
Namun, faktor kerisauan masa depan tersebut tidak menggugurkan
idealisme mahasiswa sebagai pejuang kebangsaan, sesuai takdir
sejarahnya.

Berita Terkait: Badko HMI Sumbagsel Mengutuk Keras Sikap Yang Diambil Kapolda Bengkulu, AKSI !!!

Revolusi Sosial
Mahasiswa adalah mahluk dengan “banyak nyawa” dalam konteks
keberaniannya. Sebagai sosok jiwa muda, mereka memang menikmati
militansi dan radikalis gerakan.
Adalah salah besar memikirkan mereka menjadi takut ketika darah darah
mereka bercucuran di jalan. Darah-darah mereka itulah sumber inspirasi
perjuangan mereka menggelembung menjadi besar. Berbeda dengan kriminal
ataupun teroris, mahasiswa meyakini takdir mereka secara politik untuk
perbaikan bangsa.
Persoalannya adalah pertama, apakah membungkam gerakam mahasiswa ini
memang diperlukan dalam sebuah demokrasi. Menurut saya, yang perlu
dilakukan adalah dialog yang saling menghargai antara rezim dengan para
mahasiswa tersebut. Agar demokrasi tetap dalam koridor yang kita kelola.
Kedua, bagaimana agar ekskalasi gerakan mahasiswa tidak mengganggu
suasana pemilu? Tanpa membatasi hak hak mereka menyatakan pendapat? Ini
adalah ujian serius bagi rezim Jokowi, mengkanalisasi tuntutan mahasiswa
tersebut, baik tadi dengan memperbanyak dialog sosial, maupun memeriksa
kesesuaian target universitas dengan lapangan kerja ke depan.
Apabila ini tidak berhasil, maka ekskalasi gerakan mahasiwa bisa
mengarah ke revolusi sosial. Kenapa? karena suasana pemilu saat ini
berada pada ketegangan sosial yang tinggi. Jika gerakan mahasiswa tidak
dapat dikanalisasi, maka ketegangan di masyarakat dapat berhimpit dengan
ekskalasi gerakan mahasiswa tersebut pada tema tema revolusioner yang
dibawa mahasiswa.
Kita tidak perlu membiarkan gerakan mahasiswa ini menjadi gerakan besar dan radikal dalam masa pemilu.

Baca Juga: – Rakyat Tak Tenang dan Resah, Jika Aksi ini Kalian Anggap Makar, Maka Naikkan IQ Anda”!

– HMI dan Ribuan Mahasiswa UIR ‘Deal’ Satu Suara Lengserkan Jokowi

–  Kuasai Ruang Paripurna DPRD Riau, Ratusan Mahasiswa Minta Petisinya Disampaikan ke Pusat!!

Penutup
Mahasiswa dan gerakannya adalah ”avant garda” (garda terdepan) dalam
sejarah perubahan sosial. Jangan pernah melupakan hak kesejarahan
mereka.
Biasanya jika gerakan mahasiswa marak, kita harus intropeksi ada sumbatan dalam demokrasi yang ada.
Tugas kita untuk mengkanalisasi peran besar kesejarahan mahasiswa ini
untuk tetap eksis, sebagai kekuatan moral (moral force) yang
mengingatkan kita semua untuk mengarahkan kembali kiblat bangsa.
Namun, dalam suasan pemilu yang memiliki ketegangan sendiri, kita
perlu men “detach” gerakan mahasiwa hingga berjalan dalam koridor yang
tidak mengganggu suasana pemilu Perlu upaya kolektif. [***]
Spesial Untuk Mu :  woOOWW!! Jokowi Dielu-elukan Ribuan Kepala Daerah dan Lurah se-Indonesia

Komentar