![]() |
Kapolri Jendral Tito Karnavian (tengah) saat berkunjung ke markas PBB dalam membahas soal terorisme[Istimewa] |
menjadi salah satu pembicara dalam diskusi yang diselenggarakan di
Markas Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) New York, Senin (30/10). Dalam diskusi yang dihadiri 52
perwakilan negara tersebut, Kapolri berbicara mengenai ‘Strategy and
Counter Strategy on Global Terrorist Networks’ dan pandangannya tentang
terorisme global.
Tito membagi fenomena terorisme global
kontemporer dalam dua gelombang besar. “Gelombang pertama saat
kemunculan Al Qaeda sebagai jaringan kelompok terorisme global pertama
kali di dunia dan gelombang kedua sejak 2014 saat ISIS muncul sebagai
ancaman baru bagi keamanan dunia,” katanya dalam keterangan tertulis
yang diterima wartawan, dari Biro Penerangan Masyarakat Polri, Rabu (1/11/2017), seperti dilansir republika.co.id.
Kapolri menjelaskan pentingnya konsep strategi soft approach
dalam menghadapi kelompok terorisme ini, tidak hanya mengandalkan Hard
Approach. Karena mengingat terorisme global tidak mungkin diselesaikan
hanya dengan penggunaan senjata.
Dalam pendekatan lunak ini, Tito
Karnavian menjelaskan, setidaknya terdapat lima langkah yang bisa
ditempuh, yakni kontra radikalisasi, deradikalisasi, kontra ideologi,
menetralisir saluran dan menetralisasi situasi yang mendukung penyebaran
paham radikal.
Tito menyampaikan, pesan penting kepada PBB
tentang perlunya menjaga perdamaian dunia khususnya di negara negara
Islam. “PBB perlu memprioritaskan penyelesaian konflik terkait warga
Muslim karena ideologi radikal akan berkembang aktif dan mendapat
panggung jika terjadi konflik tersebut,” kata Tito. [***]
Komentar