“Selain itu, mereka juga membangun opini kebencian dengan membuat opini playing victim, sehingga melabeli orang-orang yang berseberangan dengan label anti Pancasila, anti NKRI dan sebagainya,” kata kiai Thoha dalam diskusi virtual bertajuk ‘Ancaman Kebangkitan Komunisme dan Arogansi dibalik RUU Haluan Ideologi Pancasila?’, Sabtu (6/6/2020).
Dalam konteks saat ini, tutur kiai Thoha, mereka mulai masuk ke RUU HIP, yaitu dengan mengeliminasi TAP/MPRS 25/1966 dan organisasi-organisasi mantelnya. “Ini jelas pengkhianatan yang berulang, di mana mereka pernah melakukan kudeta dan pemberontakan berdarah tahun 1948 dan 1965,” ujarnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, RUU HIP diselundupkan ketika bangsa dan negara sedang sibuk menghadapi Covid-19. Menurut dia, RUU HIP ini jelas menyalahi peraturan perundang-undangan dan berpotensi terjadinya abuse of power bagi eksekutif.
“Karena itu, maka sudah tepat apa yang dilakukan ulama Madura, mereka sepakat menolak RUU HIP dan minta pembahasannya dihentikan,” katanya.
Selanjutnya, dia menyarankan yang harus dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah taubat nasional. Maknanya, taubat nasional karena tidak melakukan amat ma’ruf nahi munkar dan taubat apabila hak-hak muslim dirampok dan dijajah.
“Termasuk mempertahankan kedaulatan bangsa dan tanah air kita sampai titik darah penghabisan,” tuturnya.
Kiai Thoha menambahkan bahwa ideologi jelas tidak bisa dibungkam dan dicongkel jika sudah ada di dalam dada. Mengutip perkataan tokoh Pakistan Muhammad Iqbal, jika ideologi sudah tertancap di dalam dada seperti Tauhid, maka tidak akan bisa dicabut.
“Begitupun dengan mereka yang berpaham Komunis, di dalam dadanya sudah tertancap ideologi tersebut,” katanya. (*)
My entire heart ❤Non-Muslims surround Muslims so they can pray safely from the harm of the NYPD during a Black Lives Matter protest in Brooklyn, New York.
I LOVE THIS. THIS IS HUMANITY!
We’re in this together 😭 pic.twitter.com/ZbyLwESrkk
— StanceGrounded (@_SJPeace_) June 4, 2020
Komentar