![]() |
Letda Ckm dr Prima Hafizh Yanuarizki (Bil Wahid/detikcom) |
bakal digelar di Lapangan Pemda Kabupaten Merauke, Papua. Seorang dokter
wanita, Letda Ckm dr Prima Hafizh Yanuarizki (26), menceritakan
pengalamannya selama ekspedisi.
Prima tergabung dalam Subkorwil 2
Kabupaten Mappi. Dalam ekspedisi yang dilakukan sejak 3 bulan lalu, dia
melewati perjalanan berbahaya menggunakan perahu dari Kepi menuju
Kampung Wonggi, Kabupaten Mappi.
“Paling sulit itu tebu rawa karena tebu rawa di situ belum pernah ditebangi. Jadinya kami beberapa tentara yang pria turun dari viber,
saat itu gelap pukul 23.00 atau 24.00 malam. Ada 2 di depan menarik
perahu, kami yang wanita menyenteri. Rawanya itu dalam, karena ada tebu
kita bisa injak tebu, itu sekitar 1 jam, ada 4 tebu rawa yang kami
lewati,” kata Prima saat ditemui di Lapangan Pemda Merauke, Jalan
Brawijaya, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua, Jumat (27/10/2017).
Prima ketika itu pergi bersama 20-an anggota regu. Tak hanya harus
menebangi tebu yang menghalangi perahu, mereka juga harus menaklukkan
rasa takut dari serangan buaya.
“Saya takutnya itu ada buaya.
Takutnya pas kami turun ada buaya yang keluar. Kalau misalnya nggak
turun nggak bisa jalan perahunya,” lanjutnya.
Setelah sampai di perkampungan, pengobatan massal yang dibuka pun
diserbu warga.
“Orang-orang di sana cukup antusias. Orang-orang
di sana itu lumayan berpengetahuan, mereka mengerti apa yang saya
katakan, apa yang saya tanya mereka juga jawab baik dan benar,” kata
dia.
Cerita berbeda didapat prima di Kampung Sumur Aman, Mappi.
Meski perjalanan tak berbahaya seperti di Wonggi, pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan masih rendah.
“Di sana warga disuruh mandi pakai sabun mandi, mereka pakai sabun colek, katanya karena busanya banyak,” ujar Prima.
Tak
hanya soal kebersihan, warga di kampung itu juga minim pengetahuan
tentang kesehatan. Mereka mengandalkan pinang sebagai obat berbagai
penyakit.
“Kalau sakit gigi mereka makan pinang. Padahal kan tidak ada hubungannya. Apa-apa pakai pinang,” kata wanita asal Surabaya itu.
Selama
melakukan ekspedisi dan pengobatan di Mappi, Prima menemukan banyak
warga yang terserang penyakit. Rata-rata warga terserang ISPA dan
penyakit kulit. Di Kampung Wonggi, 100 warga diobati Prima, sedangkan di
kampus Sumur Lama mencapai 300 orang.
“Paling banyak penyakit kulit sama ISPA. ISPA itu karena pola hidup kurang bersih sama ketularan,” ujarnya.
Puncak
Ekspedisi NKRI Koridor Papua Bagian Selatan 2017 akan digelar pada
Sabtu (28/10). Ekspedisi ini adalah yang ketujuh kalinya.
Sebelumnya,
ekspedisi dilakukan di Bukit Barisan pada 2011 dan Khatulistiwa pada
2012. Kemudian Ekspedisi NKRI Sulawesi pada 2013, Maluku dan Maluku
Utara pada 2014, Nusa Tenggara dan Bali pada 2015, serta Papua Barat
pada 2016.
(abw/idh/detik)
Komentar