Lima Makam Keramat di Yogyakarta

Komplek Makam Imogiri
Komplek Makam Imogiri. (Foto : Dok)

DIY-YOGYAKARTA, SriwijayaAktual.comMENGHORMATI leluhur menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Jawa, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Walau telah
lama meninggalkan alam dunia, namun masyarakat meyakini arwah orang yang
telah meninggal tetap berada di bumi ini hingga nanti akhirnya
bernar-benar menghadap Sang Pencipta.
Masyarakat juga meyakini suatu makam akan memiliki kekuatan gaib
sesuai dengan jasad yang dikebumikan di dalamnya. Tak heran jika
kemudian banyak kuburan dikeramatkan warga hingga mereka
berbondong-bondong untuk melakukan ziarah di tempat itu. Berikut
beberapa makam di DIY yang dianggap keramat oleh masyarakat.
Makam Pajimatan Girirejo Imogiri
Makam Pajimatan Girirejo Imogiri

Makam ini terletak di gugusan Pegunungan Seribu yang masuk ke dalam
wilayah Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Di tempat ini bersemayam
raja-raja Kraton Yogyakarta dari Sultan Hamengkubuwono (HB) I hingga
raja terakhir yakni Sultan HB IX.
Pemakaman Imogiri dibangun Sultan Mataram III Prabu Hanyokrokusumo
pada tahun 1632. Tak hanya para raja saja, seluruh garis keturunan
Kraton Yogyakarta juga akan dikebumikan di pemakam ini jika mangkat
kelak.
Tempat ini sering didatangi peziarah, baik dari kerabat kraton maupun
warga. Setiap hari Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon pada bulan Sura
dalam penanggalan Jawa di komplek ini digelar prosesi ritual Nguras
Enceh atau gentong. Air kurasan gentong kemudian diperebutkan warga dan
diyakini akan memberikan berkah.
Astana Giri Gondo
Astana Giri Gondo

Pesarean ini merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi Adipati
Pakualaman beserta kerabatnya. Bertempat di Kecamatan Temon, Kabupaten
Kulonprogo komplek Astana Giri Gondo berdiri di atas perbukitan Menoreh.
Pemakaman ini dibangun Paku Alam V pada tahun 1900. Di pemakaman ini
dimakamkan Paku Alam V sampai dengan Paku Alam IX, sedangkan Adipati
Paku Alam sebelum masih dimakamkan di Pasarean Hastana Kitha Ageng di
Kotagede.
Makam Hastorenggo
Makam Hastorenggo

Komplek pemakaman ini berada di wilayah Kecamatan Kotagede,
Yogyakarta. Bernama Makam Hastorenggo, di pesarean ini bersemayam jasad
Danang Sutowijowo atau yang dikenal dengan nama Panembahan Senopati
pendiri Kraton Yogyakarta.
Di tempat ini terdapat pohon beringin yang dikeramatkan. Konon pohon
beringin ini ditanam langsung oleh tangan Sunan Kalijaga dan telah
berusia lebih dari 500 tahun. Di komplek ini juga terdapat tempat
pemandian yang dipercaya membuat awet muda bagi siapapun yang
membasuhkan air ke wajahnya.
Makam Wotgaleh
Makam Wotgaleh

Tempat ini disebut Makam Wotgelah yang terletak Kelurahan
Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Di tempat ini bersemayam
Pangeran Purubaya yang tak lain putera dari Panembahan Senopati.
Semasa hidup, Pangeran Purbaya dikenal sebagai sosok sakti
mandraguna. Pangeran Purubaya juga dikenal dengan nama Joko Umbaran,
karena semaca kecil ‘diumbar’ (ditelantarkan) ornag tuanya. Pangeran
Purbaya meninggal pada Minggu Wage 1676 Masehi.
Ada hal gaib yang sering dijumpai di makam ini. Para penjaga makam
acap menemukan bangkai burung maupun kelelawar di sekitar komplek
pemakaman, konon dipercaya apapun yang melntas di atas makam akan jatuh
menghujam bumi.
Kepercayaan ini pula yang kemudian membuat pesawat terbang tak berani
melintas di atas komplek makam Wotgaleh. Walau letaknya berada di barat
daya Bandara dan Pangkalan Udara Adisutjipto, namun para pilot memilih
memutar haluan serta tak berani melintasi sekitar atas makam.
Makam Roro Mendut
Makam Roro Mendut

Makam keramat ini berada di Dusun Gandu, Sendangtirto, Berbah,
Sleman. Makam ini cukup dikenal oleh warga lantaran di sinilah tempat
dimakamkannya jasad Roro Mendut dan Pronocitro, sebuah legenda cinta
sejati yang pernah hidup di tanah Jawa layaknya cerita Romeo dan Juliet
di Eropa.
Roro Mendut dikenal sebagai gadis cantik pada masanya yang dipaksa
menikah dengan Tumenggung Kerajaan Mataram bernama Wiroguno. Namun Roro
Mendut menolak tawaran itu karena ini telah memiliki kekasih bernama
Pronocitro.
Wiroguno yang mengetahui hubungan mereka akhirnya mencari-cari
Pronoctiro hendak dibunuh dan akhirnya ia menemukannya saat berduaan
dengan Roro Mendut. Sang Tumenggung lalu mengarahkan kerisnya ke dada
Pronocitro, namun Roro Mendut berkorban menjadi kekasihnya dengan
memeluk pemuda itu.
Keris akhirnya menusuk punggung Roro Mendut dan tembus mengenai dada
Pronocitro. Kedua sejoli ini tewas bersamaan dan langsung dimakamkan
dalam satu liang di tempat tersebut.
Ada hal magis nan eksotik dari makam ini, tempat tersebut sering
dijadikan lokasi ritual orang yang ingin mengalap berkah agar
dagangannya laris manis. Konon dipercaya siapapun yang melakukan ritual
di tempat ini harus melakukan hubungan badan di makam tersebut.
Persetubuhan dimaknakan sebagai simbol penyatuan jiwa dan cinta antara
dua insan manusia, seperti halnya cinta Roro Mendut dan Pronocitro. (KRjogja)
Spesial Untuk Mu :  Gubernur Sumut Edy Rahmayadi ke' PSK; Kalian Harus Sering Beribadah agar Kenal Tuhan

Komentar