Alasan Raksasa Teknologi Pilih Investasi di Tetangga
Di Malaysia, Microsoft juga menambah investasi sebesar US$ 2,2 miliar atau sekitar Rp 35,57 triliun. Sedangkan di Indonesia hanya mencapai US$ 1,7 miliar.
Mengenai hal ini, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria mengatakan, investasi itu tergantung dari level adopsi AI di suatu negara. Ia menilai di negara tetangga mungkin adopsinya sudah lebih intens sementara di Indonesia baru masuk tahap awal atau early stage.
“Tergantung dari level adopsi AI di industrinya, mungkin kalau di tempat lain di negara tetangga kita, adopsinya lebih intens dan kita baru early stage ini,” kata Nezat saat ditemui di acara Accelerating Responsible Al Governance and Innovation with Copilot for Indonesia di Jakarta, beberapa saat lalu.
Nezar menilai, investasi Microsoft ini menjadi salah satu dukungan transfer of knowledge atau transfer pengetahuan dari raksasa teknologi dunia itu ke Indonesia. Khususnya di bidang infrastruktur kecerdasan buatan (AI) dan cloud atau komputasi awan.
“Serta upscaling AI untuk 840 ribu peserta dan dukungan untuk 10 ribu developer kita, itu dukungan yang luar biasa,” kata Nezar.
Sementara itu, investasi Apple di Vietnam juga lebih besar dari Indonesia. Total investasi Apple di Vietnam mencapai US$ 15,84 miliar atau sekitar Rp 256,5 triliun sejak 2019 atau jauh lebih tinggi ketimbang Indonesia Rp 1,6 triliun.
Melihat fenomena ini, Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menilai, wajar kalau Vietnam diberi investasi yang lebih banyak. Karena negara tersebut memiliki kualitas kinerja logistik, dan kualitas pekerja yang jauh lebih tinggi.
“Ya kita nggak bisa mengharapkan Apple berinvestasi manufaktur ke Indonesia sebenarnya, karena dari sisi itu sudah kalah,” kata Huda ditemui dalam kesempatan yang sama.
Vietnam itu bisa memproduksi sekitar 30% secara mandiri dari 320 komponen Apple, dan Indonesia hanya 4 dari komponen tersebut.
Jadi memang kalau soal investasi Apple, Indonesia kalah dari segala hal dibandingkan Vietnam, termasuk kita kalah dalam hal penyediaan penyediaan lahan.
“Di Vietnam karena sosialis, semua milik negara, jadi permainan mafia-mafia di sana. Tapi kalau di Indonesia, mau bangun produk di A, sudah pasti ada mafia yang bermain di sana. Akhirnya memang di sana letak biayanya cukup mahal,” jelas Huda.
Sementar itu di Malaysia ekositemnya sudah jauh lebih lengkap, di sana ada Silicon Malaysia. Kedua, dari level inovasi index juga kalah jauh. Ada beberapa komponen yang menyebutkan kalau Malaysia lebih siap, seperti HAKI dan sebagainya.
“Kita kan ada bukit-bukit yang nggak jadi-jadi itu kan, jadi dari segi ekosistem itu sudah kelihatan Malaysia lebih siap dibandingkan kita,” kata dia.
“Kalau di Indonesia, sudah HAKI-nya lama, tanahnya mahal,” ia menuturkan. (*)
Komentar