![]() |
Foto/net:
Pelantikan Gubernur DKI Jakarta Anis-Sandi oleh Presiden RI Jokowi di Istana Negara [16/10/2017] |
sebagai Gubernur DKI Jakarta yang berjarak 5 tahun, yaitu pidato di
hadapan warga Ibu Kota. Mari melihat kembali isi pidato keduanya.
Jokowi
dilantik sebagai orang nomor satu di Jakarta pada 15 Oktober 2012 silam
bersama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai wakil gubernur DKI
Jakarta. Keduanya saat itu dilantik oleh Gamawan Fauzi yang menjabat
sebagai Mendagri di gedung DPRD DKI Jakarta.
Jalan Kebon Sirih. Jokowi dan Ahok lalu bergantian menyampaikan
pidatonya.
sebagai Gubernur dan Wagub DKI Jakarta periode 2017-2022. Anies-Sandi
dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara.
Anies dan
Sandiaga kemudian menuju Balai Kota untuk serah terima jabatan. Mereka
lalu menghadiri Selamatan Jakarta di Balai Kota. Anies dan Sandiaga juga
menyampaikan pidato di hadapan warga.
Bagaimana isi pidato pertama Jokowi dan Anies sebagai Gubernur DKI?
Pidato Jokowi di depan warga DKI pada 15 Oktober 2012
Pertama-tama,
saya ingin ucapkan syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya ke
bapak ibu semuanya yang telah memberikan dukungan, memberikan bantuan,
baik tenaga, baik pikiran, baik dalam bentuk material yang saya dan Mas
Basuki tidak bisa membalas apa-apa kecuali ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Tidak ada kata yang lebih baik yang ingin kami
sampaikan kecuali sekali lagi terima kasih yang sebesar besarnya.
Kemudian
tadi baru saja dilantik, saya minta kepada seluruh warga, bapak ibu
semuanya saudara-saudara semuanya agar tetap ikut mengawal saya dan Mas
Basuki agar program-program yang akan kita lakukan nanti bisa berjalan
semuanya dengan baik.
Saya akan tetap berjalan dari kampung ke
kampung, tetap dari wilayah RW ke RW, dari wilayah RT ke RT setiap hari.
untuk bidang kesehatan, seperti yang saya sampaikan juga, doa restu
bapak ibu sekalian, bidang pendidikan semuanya nanti seperti yang kami
sampaikan.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Terima kasih.
Pidato Anies di depan warga DKI pada 16 Oktober 2017
Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillahi rabbil alamin.
Washolatu wassalamu ‘ala asrofil ambiya iwal mursalin wa’ala alihi wasohbihi aj ma’in.
Amma ba’du.
Saudara-saudara semua warga Jakarta.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera. Om swastiastu. Namo buddhaya.
Saudara-saudara semua,
Lembar
baru bagi Jakarta malam hari ini telah dibuka. Saudara semua, hari ini
lembar baru kembali dibuka untuk perjalanan panjang kota Jakarta, ketika
niat lurus telah dituntaskan ketika ikhtiar gotong royong dalam makna
yang sesungguhnya dan didukung dengan doa yang tanpa henti dipanjatkan
maka pertolongan Allah SWT telah datang. Tak ada yang bisa menghalangi
apa yang telah ditetapkan oleh-Nya. Tak ada pula yang bisa mewujudkan
apa yang telah ditolak-Nya.
Warga Jakarta telah bersuara dan
telah terpaut dalam sebuah rasa yang sama yaitu keadilan bagi semua.
Maka dengan mengucap syukur dan doa kepada Allah SWT yang Maha Penolong,
Yang Maha Melindungi. Alhamdulillah sebuah fase perjuagan telah
dilewati.
Hari ini sebuah amanat besar diletakkan di pundak kami
berdua. Sebuah amanat yang harus dipertanggungjawabkan dunia akhirat,
hari ini adalah penanda awal perjuangan dalam menghadirkan kebaikan dan
keadilan yang diharapkan oleh seluruh warga Jakarta yaitu maju kotanya
bahagia warganya.
Hari ini saya dan Bang Sandi dilantik jadi
gubernur dan wagub, bukan bagi para pemilih kami saja tetapi bagi
seluruh warga Jakarta. Kini saatnya saling bergandengan sebagai sesama
saudara, sesama rumah untuk memajukan kota Jakarta.
Holong
manjalak holong, holong manjalak domu. Begitu pepatah Batak mengatakan
kasih sayang mencari kasih sayang, kasih sayang menciptakan persatuan.
Ikatan yang kemarin sempat tercerai mari ikat kembali. Mari kita rajut
kembali, mari kita kumpulkan energi yang terserang menjadi energi untuk
membangun kota ini sama sama.
Jakarta adalah tempat yang dipenuhi
oleh sejarah, setiap sudut di kota ini menyimpan lapisan kisah sejarah
yang dilalui ratusan bahkan ribuan tahun. Jakarta tidak dibangun baru
kemarin sejak era Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia hingga kini Jakarta
adalah sejarah pergerakan peradaban manusia.
melting pot. Jakarta adalah pusat berkumpulnya berbagai manusia dari
seluruh Nusantara. Bukan hanya Nusantara bahkan penjuru dunia. Di kota
ini interaksi adalah bagian dari sejarahnya. Di kota ini pula masyarakat
Betawi telah menjadi sebaik-baiknya tuan rumah bagi Jakarta.
kota ini, semua sejarah penting republik ditorehkan. Dua km letaknya
dari tempat kita berkumpul, para pemuda berkumpul di Kramat Raya
mengumandangkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Satu km
dari tempat kita berkumpul, di situ para perintis kemerdekaan berkumpul
menyusun visi republik ini, sekarang kita sebut sebagai Pancasila. Di
situ mereka merumuskan garis depan, garis depan. Janji kemerdekaan
dituliskan di tempat itu.
Pegangsaan Timur, dikumandangkan proklamasi kemerdekaan kita. Saudara
sekalian di tanah ini semua cita cita bangsa diungkapkan karena itu kita
tidak boleh di tanah ini janji kemerdekaan tak terlunaskan oleh
warganya.
harus hadir kesejahteraan. Republik ini menjanjikan pelindungan maka di
ibukota harus ada perlindungan. Republik ini menjanjikan mencerdaskan
kehidupan bangsa maka di ibukota harus hadir ikhtiar mencerdaskan
kehidupan bangsa.
bahwa visinya adalah menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, maka insyaallah kita sama-sama kita tunaikan ikhtiar itu.
ini satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan kolonialisme
dari dekat, penjajahan di depan mata, selama ratusan tahun. Di tempat
lain mungkin penjajahan terasa jauh tapi di Jakarta bagi orang Jakarta
yang namanya kolonialisme itu di depan mata. Dirasakan sehari hari.
Karena itu bila kita merdeka maka janji janji itu harus terlunaskan bagi
warga Jakarta.
Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Jangan sampai Jakarta ini seperti yang dituliskan pepatah Madura. Itik
telor, ayam singerimi. Itik yang bertelor, ayam yang mengerami.
yang bekerja keras untuk merebut kemerdekaan. Kita yang bekerja keras
untuk mengusir kolonialisme. Kita semua harus merasakan manfaat
kemerdekaan di ibu kota ini. Dan kita menginginkan Jakarta bisa menjadi
layaknya sebuah arena aplikasi Pancasila.
sekedar kota, dia adalah ibukota maka di kota ini Pancasila harus
mengejawantah, Pancasila harus menjadi kenyataan. Setiap silanya harus
terasa dalam keseharian. Dimulai dari hadirnya suasana ketuhanan di
setiap sendi kehidupan ibukota. Indonesia bukanlah negara berdasarkan
satu agama. Namun Indonesia juga bukan sebuah negara yang alergi agama
apalagi anti agama. Ketuhanan selayaknya menjadi landasan kehidupan
warga dan kehidupan bernegara sebagaimana sila pertama Pancasila.
Ketuhanan Yang Maha Esa.
diwujudkan dalam hadirnya rasa kemanusiaan, hadirnya rasa keadilan bagi
seluruh rakyat tanpa ada yang terpinggirkan, terugikan, apalagi yang
tidak dimanusiakan dalam kehidupannya. Karena itu mari kita hadirkan
Jakarta yang manusiawi. Jakarta yang berada sebagaimana prinsip
Pancasila kita sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Perjuangan
selanjutnya menghadirkan persatuan dalam kehidupan kota.
hanya merayakan keragaman tapi mari kita merayakan persatuan. Seringkali
kita melewatkan persoalan persatuan. Ada pepatah Aceh mengatakan
‘Cilaka rumah tanpa atap, cilaka kampung tanpa guyub’. Persatuan dan
keguyuban ini yang harus kita perjuangkan.
meruntuhkan sekat sekat yang menjadi penghalang antar komponen
masyarakat. Terutama pemisah antar mereka yang mempunyai kemampuan
ekonomi dan tidak. Mari kita hadirkan Jakarta yang bersatu bagi semua
karena ruang interaksi terbuka bagi semuanya.
prinsip itu, mari kita kembalikan musyawarah menjadi tradisi kita.
Bagaimana sila keempat di dalam Pancasila kita yang bunyinya kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Karena itu, majelis-majelis warga akan dihidupkan kembali.
majelis majelis warga dihidupkan, kota ini tidak boleh hanya sekedar
perintah gubernur sampai ke bawah. Dengarkan kata rakyat maka kita
hidupkan seluruh majelis-majelis yang ada di kota ini.
majelis. Kita hidupkan semuanya. Musyawarah kota terutama untuk
menghasilkan kesepakatan dan kesepahaman. Kalau kata orang Minang,
istilahnya dalam kesepakatan itu terkandung tuah tentang kebermanfaatan.
kelima, di ujungnya dan ini yang paling mendasar. Ini paling penting,
yang kita perjuangkan sama sama sepanjang kampanye kemarin. Adalah
pelaksanaan sila kelima yang bunyinya keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Itu yang akan kita jadikan fondasi di Jakarta.
jadi ingat pada saat dulu republik ini dibuat, pesannya jelas. Kita
tidak hendak membangun satu negara untuk sekelompok orang. Dan Bung
Karno mengatakan demikian. Kita hendak membangun satu negara untuk semua
bukan untuk satu orang, satu golongan, bukan untuk satu golongan
bangsawan maupun golongan orang kaya tapi untuk semua karena iru
pengambilan kebijakan di kota ini harus lah bisa didasarkan pada
kepentingan publik.
pengelolaan teluk, dan pengelolaan pulau tidak boleh diletakkan atas
dasar kepentingan itu, pengelolaan itu semua tidak boleh untuk
kepentingan satu golongan, tidak boleh untuk satu perhimpunan, tidak
boleh untuk kepentingan korporasi tetapi itu untuk kepentingan untuk
warga Jakarta semua. Semua untuk semua. Jakarta untuk semua. Inilah
semangat pembangunan yang kita letakkan sama sama untuk Jakarta.
dan wakil gubernur tentu menjadi pemimpin bagi semua dan harus
menghadirkan keadilan bagi semua. Namun jelas kami tegaskan bahwa tekad
kita adalah mengutamakan pembelaan yang nyata kepada mereka yang selama
ini tak mampu membela dirinya sendiri, mengangkat mereka yang selama ini
terhambat dalam perjuangan mengangkat dirinya sendiri.
Sandi tadi sudah mengungkapkan komitmen dan paradigma ke depan tentang
rencana pembangunan kota ini, Bang Sandi sudah jabarkan bagaimana kita
bersama sam membangun dan mengelola kampung, mengelola jalan, sekolah,
puskesmas, pasar, angkot dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
itu, izinkan kami mengajak seluruh warga menjadikan usaha, memajukan
kota sebagai sebuah gotong royong, sebagai sebuah gerakan, pembangunan
kota ke depan gubernur bukan sekadar administrator bagi penduduk kota.
Gubernur bukan sekadar penyedia jasa bagi warga yang jadi konsumen namun
kami bertekad untuk bisa melakukan lebih dari itu. Kami ingin bisa
bekerja bersama dengan warga Jakarta, berkolaborasi dengan warga Jakarta
sebagai perancang dan pelaku pembangunan.
dikatakan ‘Salapik sakaguringan, sabantal sakalang gulu’ satu tikar
tempat tidur, satu bantal penyangga leher. Kiasan ini bermakna hubungan
yang erat antar elemen masyarakat. Saling setia dan saling mendukung
satu sama lain. Inilah Jakarta yang akan kita bangun bersama-sama 5
tahun ke depan.
kepemimpinan di kota Jakarta mulai dari jajaran pemerintah daerah, para
wakil rakyat, pemimpin lembaga pertahanan, keamanan dan penegakan hukum
mari kita memiliki tekad yang sama yaitu mari kita sama hibahkan hidup
kita kepada warga Jakarta bukan sebaliknya jangan berbalik menjadi
menyedot dari kota dan warganya untuk dibawa pulang ke rumahnya. Tapi
hadirlah untuk menghibahkan waktu, tenaga, pikiran, keringat untuk
kemajuan kota Jakarta.
mengingatkan kita ‘Si tou timou tumou tou’. Manusia hidup untuk
menghidupi orang lain. Menjadi pembawa berkah bagi semua, sebuah
pengingat bagi semua manusia namun terutama bagi para pemimpin.
izinkan dalam kesempatan ini, kami ingin memastikan dan saya akan
ucapkan pula nanti saat sidang paripurna di DPR kata kata yang diucapkan
seorang tokoh Betawi. Kata-kata ini terpatri dalam patungnya yang
terpasang di Lapangan Monas. Setiap pemerintah harus mendekati kemauan
rakyat. Inilah sepatutnya harus menjadi dasar untuk memerintah.
yang tidak mempedulikan atau menghargakan kemauan rakyat sudah tentu
tidak bisa mengambil aturan yang sesuai dengan perasaan rakyat.’ Setuju
dengan pernyataan itu, saudara-saudara? Itu adalah kalimat yang
diungkapkan salah satu putra terbaik betawi, MH Thamrin. MH Thamrin
mengatakan itu dan kalimat itu terpatri di Monas sana. Saya membayangkan
orang yang kerja di kota ini baca kalimat ini. renungkan, resapi dan
laksanakan. Bagi semua yang mengatasnamakan rakyat Jakarta, jalankan
kalimat itu.
adalah perjuangan untuk mewujudkan gagasan, kata dan karya yang selama
ini telah kita tekadkan. Kita ingin lakukan tiga-tiganya. Membawa
gagasan, membawa kata-kata, dan membawa kerja. Jadikan sebagai satu
rangkaian. Gagasan, kata, kerja. Dengan begitu, kita ingin Jakarta maju,
Jakarta jadi bagian kota modern yang diperhitungkan dunia tapi jadi
akar yang kuat di tradisi.
Maha Memberi Pertolongan, mari kita bersama berikhtiar mewujudkan
Jakarta yang maju setiap jengkalnya, dan bahagia setiap insan di
dalamnya. Semoga Allah SWT membantu ikhtiar kita.
Allah SWT membantu ikhtiar kita, membukakan jalan-jalan yang sekarang
sempit, memudahkan mencari solusi baru, menjauhkan dari segala macam
fitnah, menjadikan semua wilayah kota ini baldatun thayyibatun wa rabbun
ghafur, serta menurunkan keberkahan
kebahagiaan kepada seluruh insan di kota ini. Laa hawla wa laa quwwata
illa billah. Tiada usaha, kekuatan, dan daya upaya selain dengan
kehendak Allah. Semoga ikhtiar ini selalu dimudahkan, semoga ikhtiar ini
dapat selalu dituntaskan, dan insyaallah keberkahan diberikan kepada
kita.
Komentar