“Mereka yang Mau Merampas Kemenangan Prabowo Subianto”?

Prabowo%2Bdi%2BHUT%2BKopassus%2Bke%2B67%2B %2Banigif
Prabowo Subianto Saat Hadiri HUT Kopassus ke 67 Tahun 2019 Penuh Keakraban, [Foto/Dok/Istimewa]

Oleh: Asyari Usman (wartawan senior)
SUARA PEMBACA-OPINI, SriwijayaAktual.com – KPU berani ambil risiko besar. Mereka tidak takut akibat manipulasi
perolehan suara paslonpres 02. Dengan enteng mereka jawab ‘salah ketik’.
Human error. Boleh dikatakan mereka tak perduli teriakan-teriakan keras
publik terhadap input angka-angka yang merugikan Prabowo dan
menguntungkan Jokowi.

Nah, mengapa KPU begitu berani? Apa yang membuat mereka berani melakukan kecurangan secara terang-terangan?

Siapakah yang sangat gigih dan bersikeras agar Jokowi dinyatakan menang meskipun dengan cara yang curang?

Kekuatan macam apa yang berada di belakang Jokowi sehingga berbagai
instansi negara siap menjalankan perintah-perintah yang bertentangan
dengan aturan hukum dan etika politik demi kemenangan dia?

Pertanyaan-pertanyaan ini sebelumnya tak pernah terlintas. Tapi, lama
kelamaan muncul juga. Ada sesuatu yang terasa luar biasa dalam
kontestasi pilpres 2019 ini, yang membuat deretan pertanyaan itu
akhirnya mengemuka.

Tetapi, belum lagi sempat menjawab pertanyaan yang berderet-deret itu,
muncul pertanyaan lain. Apakah Jokowi ‘one man show’? Mungkinkah dengan
latar-belakang karir politiknya yang ‘pas-pasan’ itu (mohon maaf),
Jokowi mampu membangun dirinya menjadi presiden yang ‘ditakuti’ semua
orang? Sehingga semua titah dia tentang ‘aku harus dua periode’ menjadi
wajib direalisasikan?

Kelihatannya, teori Jokowi ‘being feared of’ (ditakuti) sulit masuk
akal. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada beliau, kecil kemungkinan
Jokowi ditakuti oleh semua orang. Dia tidak memiliki keistimewaan
historis yang membuat semua orang menjadi gemetar mendengar dia bicara.
Apalagi pada era sekarang ini. Era yang menggunakan literasi sebagai
indikator kompetensi dan profisiensi. Sangat tidak mungkin Jokowi
menjadi presiden yang ‘ditakuti’.

Karena itu, kita akan memunculkan pertanyaan berikutnya: ada apa,
sebenarnya? Mengapa begitu kuat upaya untuk mencurangi hasil pilpres
2019 ini? Siapakah yang sangat berkepentingan dengan Jokowi dua periode?

Mari kita identifikasi. Bahwa ada beberapa pihak yang sangat ingin agar dia melanjutkan jabatan presiden lima tahun lagi.

Pertama, Jokowi adalah tumpuan harapan para konglomerat pengisap
kekayaan rakyat, termasuk –dan terutama– para konglomerat hitam. Yaitu,
para konglomerat rakus yang menjalankan bisnis secara sewenang-wenang di
bawah perlindungan orang-orang kuat. Diperkirakan, mereka ini akan
‘terkencing-kencing’ kalau Prabowo yang menjadi presiden. Bagi mereka,
Jokowi harus dua periode. Karena mantan walikota Solo itu bisa
dikendalikan.

Spesial Untuk Mu :  Presiden Jokowi Ancam Segera Keluarkan Perppu Tindak Pidana Terorisme!!
Kedua, RRC ikut dalam barisan yang habis-habis menudukung “wajib dua
periode” itu. RRC memiliki mimpi indah untuk ‘menduduki’ Indonesia, baik
itu dalam arti pendudukan fisik maupun dalam arti hegemoni ekonomi.
Yang sangat jelas adalah, Beijing menyimpulkan bahwa ambisi global
mereka melalui ‘jalur sutra gaya baru’ (Belt Road Initiative, BRI) hanya
mungkin terwujud jika Jokowi duduk lagi sebagai presiden.

Bagi RRC, Indonesia adalah mata rantai yang sangat penting (krusial)
dalam upaya mereka untuk menyukseskan BRI. Sebab, Indonesia adalah pasar
dan lahan yang paling empuk untuk dijadikan ‘koloni’ RRC atas nama BRI
itu. Dalam beberapa tahun ini, Beijing sengaja mendekap Indonesia dengan
pinjaman investasi untuk berbagai proyek infrastruktur.

Tujuan investasi itu tidak lain adalah memikat negara ini untuk masuk ke
perangkap utang. Sekarang, Indonesia sudah hampir sempurna masuk ke
perangkap utang RRC. Tetapi, insyaAllah, masih bisa diselamatkan di
bawah pemerintahan Presiden Prabowo.
Kalau kemenangan Prabowo tidak dirampas, maka RBI itu akan terhenti
total. Ambisi hegemoni ekonomi China menjadi ‘aborted’ (gagal). Jadi,
inilah teori kedua tentang ‘Jokowi wajib menang’.

Ketiga, ada segelintir elit yang mengkampanyekan bahwa Presiden Prabowo
akan mendirikan negara khilafah. Tudingan ini sama sekali tidak memiliki
dasar historis dan empiris. Catatan sejarah prakemerdekaan, masa-masa
kemerdekaan, dan pascakemerdekaan menunjukkan bahwa umat Islam tidak
pernah menjadi komponen yang egosentris, apalagi ‘selfish’. Sebaliknya,
kaum musliminlah yang selalu dijadikan antagonis (musuh) oleh penguasa
dzolim. Ini catatan sejarah. Sampai hari ini.
asyari usman
Asyari Usman (wartawan senior)

Begitulah keculasan para elit jahat yang selama hidupnya bermental korup
dan berwatak brutal. Mereka terus-menerus ingin mendiskreditkan umat
Islam demi kenikmatan diri mereka. Mereka ceramahkan kepada
kelompok-kelompok minoritas bahwa Prabowo akan mendirikan khilafah.

Spesial Untuk Mu :  Cara Cewek Memilih Make Up Yang Aman Untuk Kulit Wajah
Kalangan minoritas pun merasa takut. Para elit yang 5-6 orang itu
memanfaatkan ketakutan ini. Padahal, semua orang paham reputasi Pak
Prabowo sebagai prajurit TNI yang menjadikan NKRI dan kebinekaan sebagai
harga mati.

Atas dasar agitasi yang menyesatkan itulah, berkembang pendapat bahwa
Prabowo tidak boleh menjadi presiden. Jangan sampai dia menjadi
presiden. Elit penghasut dan kalangan yang dihasut kemudian ‘bersepakat’
untuk menghalangi Pak PS.

Mereka itulah yang sekarang mengatur skenario perampasan kemenangan
Prabowo di pilpres 2019. Cuma mereka lupa bahwa hari ini bukan 2014. (*)

Komentar