BATURAJA-OKU, SriwijayaAktual.com – Sebanyak 300 peserta yang terdiri
perwakilan siswa, guru, termasuk awak media, mengikuti kegiatan
Sosialisasi Rumah Peradaban Gua Harimau di Desa Padang Bindu, Kecamatan
Semidang Aji, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, seperti dilansir Antarasumsel.com – Senin (16/5)
Kegiatan tersebut digagas Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Badan
Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI,
kata Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, I Made Geria di
Baturaja.
Ia mengatakan, sosialisasi ini lebih kepada aksi interaksi kedua
arah, yakni masyarakat, anak-anak pelajar/pendidikan dan peneliti
sendiri.
“Kita memaparkan hasil riset kita, karena sebagian masyarakat belum
mengetahui hasilnya. Di sini kita memediasi riset kita, membumikannya
dengan rumah peradaban. Jadi dengan rumah peradaban ini kita membentuk
ekosistem dan memunculkan komunitas yang peduli peradaban,” ujarnya.
Situs-situs sejarah yang ada di Ogan Komering Ulu (OKU), kata dia, sebetulnya bukan hal baru dan di daerah lain juga ada.
“Kami mencoba mengemas hasil riset sehingga mudah dimengerti, sesuai
dengan tagline Rumah Peradaban yakni mengungkap, memaknai dan
mencintai,” katanya.
Sementara, kaitannya situs yang ada di OKU (Goa Harimau-red) menurut dia, ini adalah situs nasional dan bukan situs kecil.
“Kita ingin membangkitkan kepedulian mengenai peradaban. Kita
menyuarakan itu, karena sudah menjadi tugas bersama menghidupkan
peninggalan sejarah, atau bagaimana menghidupkan kembali value-value
yang ada, karena banyak hal bisa dipetik dari sana,” kata I Made.
Ia berharap, dengan begini warga OKU terlebih para pelajar dapat semakin mencintai kebudayaan.
“Apalagi dengan adanya situs macam ini dapat membangun image sebuah
daerah. Nah sengaja kita libatkan siswa-siswi agar mereka ikut
berproses, bagaimana mereka dapat mengambil nilai-nilai hasil
penelitian, bisa ikut mencatat bahkan kalau bisa membikin tiruannya,”
jelas dia.
Ia menjelaskan, hal yang perlu dicatat situs Goa Harimau ini menjadi
salah satu pusat hunian prasejarah terpenting di antara 60-an goa dan
ceruk ditemukan di wilayah ini.
Para leluhur yang mendiaminya, setidaknya sejak 4.000-an tahun lalu
hingga sekitar awal-awal Masehi, dengan meninggalkan evolusi kehidupan
dan nilai-nilai budaya penting melandasi peradaban di masa sekarang.
“Goa harimau memang sungguh menonjol dengan kekayaan tinggalannya.
Tapi bukan satu-satunya. Di sini menyimpan himpunan rekaman kehidupan
yang tak ternilai tentang perjalanan panjang peradaban OKU. Ini aset
kalau dijadikan potensi wisata, kami siap membantu,” katanya.
Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Irene
Camelyn Sinaga yang hadir di kesempatan itu menjelaskan, yang ada di goa
putri dan goa harimau ini merupakan suatu berkah.
Gua Harimau diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan pariwisata, katanya.(*)