![]() |
Barack Obama memberikan pidato di depan 15 ribu orang di momen peringatah hari lahir Nelson Mandela | REUTERS/Siphiwe Sibeko |
SriwijayaAktual.com – Untuk pertama kalinya, mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama secara terang-terangan mengkritik keras Presiden Donald Trump dihadapan publik. Sebelumnya, Obama cenderung menyindir Trump secara implisit, tidak secara terbuka.
Dalam peryataannya, Obama mendesak massa Partai Demokrat untuk mencegah berlanjutnya “penyalahgunaan kekuasaan” oleh pemerintah Trump.
Ia meminta partainya itu berjuang keras mengembalikan rasa kewarasan
politik AS. Caranya dengan memberikan suara dalam pemilihan 6 November
2018 nanti, saat pemilu sela berlangsung.
Ia meminta partainya itu berjuang keras mengembalikan rasa kewarasan
politik AS. Caranya dengan memberikan suara dalam pemilihan 6 November
2018 nanti, saat pemilu sela berlangsung.
Kritik ini disampaikan Obama dalam pidato di University of Illinois di Urbana-Champaign pada Sabtu 8 September 2018. Menurut Obama, saat ini rakyat AS hidup dalam periode yang berbahaya. Obama menuduh sepak terjang Partai Republik sedang mengancam demokrasi, memecah belah, dan merusak aliansi global.
“Dalam dua bulan ke depan kita memiliki kesempatan, tapi bukan
kepastian. Ini kesempatan untuk mengembalikan kewarasan politik kita.
Sebenarnya hanya ada satu kali korekasi terhadap kebijakan yang buruk
dan penyalahgunaan kekuasaan, dan itu adalah Anda dan suara Anda,” tegas
Obama.
kepastian. Ini kesempatan untuk mengembalikan kewarasan politik kita.
Sebenarnya hanya ada satu kali korekasi terhadap kebijakan yang buruk
dan penyalahgunaan kekuasaan, dan itu adalah Anda dan suara Anda,” tegas
Obama.
Obama
mengkritik keras sikap tak peduli publik terhadap kesempatan untuk
mengubah kondisi saat ini. Ia mendesak agar publik mengambil peran.
mengkritik keras sikap tak peduli publik terhadap kesempatan untuk
mengubah kondisi saat ini. Ia mendesak agar publik mengambil peran.
“Pada akhirnya, ancaman terhadap demokrasi kita tidak hanya datang dari Donald Trump
atau kelompok Republik. Tapi sebenarnya ancaman terbesar bagi demokrasi
kita adalah ketidakpedulian kita. Ancaman terbesar bagi demokrasi kita
adalah sinisme,” kata Obama.
atau kelompok Republik. Tapi sebenarnya ancaman terbesar bagi demokrasi
kita adalah ketidakpedulian kita. Ancaman terbesar bagi demokrasi kita
adalah sinisme,” kata Obama.
Obama menegaskan Trump
telah mengeksploitasi ketakutan budaya dan kemarahan ekonomi yang
tumbuh dalam beberapa tahun terakhir di tengah masyarakat. Namun, Obama mengatakan bahwa Trump bukan penyebab, ia hanya sebuah gejala dari sebuah fenomena dan pihak yang memanfaatkan kondisi ini.
telah mengeksploitasi ketakutan budaya dan kemarahan ekonomi yang
tumbuh dalam beberapa tahun terakhir di tengah masyarakat. Namun, Obama mengatakan bahwa Trump bukan penyebab, ia hanya sebuah gejala dari sebuah fenomena dan pihak yang memanfaatkan kondisi ini.
“Masalah ini tidak bermula dengan Donald Trump.
Dia adalah gejala, bukan penyebabnya. Dia hanya memanfaatkan kebencian
yang telah mengaburkan politisi selama bertahun-tahun,” kata Obama.
Dia adalah gejala, bukan penyebabnya. Dia hanya memanfaatkan kebencian
yang telah mengaburkan politisi selama bertahun-tahun,” kata Obama.
Selama ini Obama cenderung memilih diam menyikap berbagai kontroversi yang mengiringi kepemimpinan Trump selama dua tahun lebih. Padahal sejumlah petinggi partai Demokrat mendesaknya untuk bersuara lantang mengkritik Trump. Dlam pidato acara pemakaman Senator dari Partai Republik John McCain pekan lalu, Obama mengkritik Trump, namun secara implisit tanpa menyebut nama.
Pidato di Universitas Illinois ini mengakhiri periode “diam” Obama terhadap Trump. llinois sendiri adalah negara tempat Obama memulai karier politiknya hingga berhasil jadi presiden kulit hitam pertama AS. Dalam pidatonya ini, Obama secara gamblang menyebut nama Trump. Tidak hanya itu, Obama juga mengkritik keras Republik, partai pengusung Trump.
“Politik perpecahan dan kebencian serta paranoia telah menemukan rumahnya di Partai Republik,” tegas Obama, sebagaimana dilansir Reuters pada Minggu (9/9/2018).
Namun kritik Obama
itu tidak mendapatkan apresiasi dari Republik. Dalam pemilu sela nanti,
Partai Demokrat membutuhkan 23 kursi di Dewan Perwakilan dan dua kursi
di Senat untuk mendapatkan mayoritas di Kongres.
itu tidak mendapatkan apresiasi dari Republik. Dalam pemilu sela nanti,
Partai Demokrat membutuhkan 23 kursi di Dewan Perwakilan dan dua kursi
di Senat untuk mendapatkan mayoritas di Kongres.
Jika Partai Demokrat bisa menguasai Kongres, maka kesempatan itu bukan hanya bisa digunakan untuk menghalangi kebijakan Trump. Tapi juga untuk mengagendakan proses penyelidikan pelanggaran administrasi terhadap Trump. Ini bahkan bisa menjadi “jalan” bagi Demokrat untuk melakukan impeachment terhadap Trump. Seperti diketahui, Trump
tersandung sejumlah masalah. Diantaranya tuduhan intervensi Rusia atas
kemenangan pada Pilpres 2016. Hasil pemilu sela pada November 2018 nanti
akan sangat menentukan masa depan pemerintahan Trump. [*]
tersandung sejumlah masalah. Diantaranya tuduhan intervensi Rusia atas
kemenangan pada Pilpres 2016. Hasil pemilu sela pada November 2018 nanti
akan sangat menentukan masa depan pemerintahan Trump. [*]
Komentar