Simak ! Debat Istilah ‘Kadrun’, Bikinan PKI atau Semata ‘Kadal Gurun’

Dosen Universitas Indonesia itu menyebut sindirannya kepada Pemprov Sumbar yang menyurati Kemenkominfo untuk menolak Injil berbahasa Minang adalah satu hal yang tak masuk akal. Ade menyebut langkah tersebut sebagai satu hal yang terbelakang.

“Kedua adalah itu tuduhan atau sindiran saya terkait sikap mereka yang menolak Injil berbahasa Minang, buat saya itu tidak masuk di akal itu ya. Itu menunjukkan keterbelakangan sekali,” jelasnya.

Ade menyebut banyak tokoh dari Ranah Minang yang sangat terbuka dan menerima perbedaan. Lalu Ade mempertanyakan reaksi BAKOR KAN terkait kritiknya itu.

“Orang Minang itu dulu kita kenal sebagai kaum yang sangat terbuka, sangat intelek, sangat bisa menerima perbedaan, tokoh-tokohnya banyak. Kenapa sekarang tiba-tiba ada Injil berbahasa Minang mereka marah-marah dan meminta agar itu dicabut. Sekarang udah terbukti kan dicabut kan oleh pemerintah. Dan pemerintah karena dapat tekanan seperti itu ya mereka terpaksa mengikuti apa yang diminta kan,” tuturnya.

“Tapi sebetulnya logikanya apa melarang Injil berbahasa Minang itu apa. Itu yang saya katakan sebagai pertanda keterbelakangan berpikir,” sebut Ade.

Ade kembali menegaskan bahwa istilah ‘Kadrun’ yang dia gunakan tidak berkaitan dengan PKI. Ade mengatakan dirinya anti-PKI.

“Sama sekali bukan, nggak ada hubungannya dengan PKI, wong saya juga anti-PKI,” jelasnya.

Lantas, apakah pada zaman PKI masih berdiri, istilah kadrun sudah ada?

Sejarawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam menjelaskan istilah kadrun, baru muncul setelah Pilkada DKI 2012 hingga Pilpres 2019, setelah munculnya istilah kampret dan cebong. Istilah kadrun belum ada saat era PKI masih ada.

“Waktu Pemilu 1955 ada persaingan yang tajam antara Masyumi dan PKI. Masyumi menuduh orang komunis itu ateis. PKI menuduh Masyumi dapat bantuan dana dari AS. Tidak ada istilah kadal gurun tersebut. Tahun 1960-an, yang ada yakni istilah Nekolim, Aksi Sepihak, Setan Desa, Setan Kota,” tutur Asvi kepada detikcom, Rabu (10/6/2020).

Spesial Untuk Mu :  Kader PDIP: PKI Tidak Memiliki Tuhan, tapi Kami Mayoritas Muslim

Menurut Asvi, istilah-istilah seperti kadrun, cebong, dan kampret, itu bersifat memecah belah. Ini tidak sehat.

“Istilah-istilah tersebut yang memecah belah, mengelompokkan kawan dan lawan yang berkelanjutan,” kata Asvi. [*]

Komentar