PADANG-SUMBAR, SriwijayaAktual.com – Apa dibenak kawan ketika membahas
tentang angkot? Macet, ngetem, atau bahkan kenangan dan keunikan?
Mungkin kesan itu pula yang ditangkap oleh seorang Profesor Madya dari
New South Wales University, David Reeve. Seorang penulis buku tentang
angkot di Minangkabau berjudul Angkot dan Bus Minangkabau: Budaya Pop
dan Nilai-nilai Budaya Pop.
tentang angkot? Macet, ngetem, atau bahkan kenangan dan keunikan?
Mungkin kesan itu pula yang ditangkap oleh seorang Profesor Madya dari
New South Wales University, David Reeve. Seorang penulis buku tentang
angkot di Minangkabau berjudul Angkot dan Bus Minangkabau: Budaya Pop
dan Nilai-nilai Budaya Pop.
Sebagaimana diberitakan Australia
Plus ABC via detikNews (10/11), buku yang telah diterbitkan pada bulan
Maret lalu itu memiliki ketebalan 360 halaman dan diterbitkan dalam
bahasa Inggris dan bahas Indonesia. Versi Indonesia diterjemahkan oleh
Iskandar P Nugraha. Namun versi lengkap dua bahasa baru diluncurkan di
Sydney pada tanggal 9 November. Buku ini diklaim merupakan buku pertama
yang membahas keunikan angkot dan bus yang beroperasi di Minangkabau.
Plus ABC via detikNews (10/11), buku yang telah diterbitkan pada bulan
Maret lalu itu memiliki ketebalan 360 halaman dan diterbitkan dalam
bahasa Inggris dan bahas Indonesia. Versi Indonesia diterjemahkan oleh
Iskandar P Nugraha. Namun versi lengkap dua bahasa baru diluncurkan di
Sydney pada tanggal 9 November. Buku ini diklaim merupakan buku pertama
yang membahas keunikan angkot dan bus yang beroperasi di Minangkabau.
Angkot
dan bus Minangkabau dianggap unik karena menggunakan budaya-budaya pop
untuk menarik perhatian penungpang. Cara-caranya beragam, mulai lewat
gambar bodi kendaraan, tulisan hingga musik-musik yang diputar di dalam
kendaraan.
dan bus Minangkabau dianggap unik karena menggunakan budaya-budaya pop
untuk menarik perhatian penungpang. Cara-caranya beragam, mulai lewat
gambar bodi kendaraan, tulisan hingga musik-musik yang diputar di dalam
kendaraan.
Buku yang diterbtikan oleh Komunitas Bambu ini
kemudian menarik perhatian, berbagai bedah buku dilakukan. Prof David
Reeve mengungkapkan bahwa angkot dan bus di Minangkabau memiliki
keunikan tersendiri dibandingkan fenomena yang sama di kota lain.
kemudian menarik perhatian, berbagai bedah buku dilakukan. Prof David
Reeve mengungkapkan bahwa angkot dan bus di Minangkabau memiliki
keunikan tersendiri dibandingkan fenomena yang sama di kota lain.
“Memang
ada tradisi memasang gambar dan tulisan pada bus, becak, angkot di
beberapa daerah di Indonesia, tetapi saya kira puncaknya ada di Padang,
untuk angkot dan bus,” ungkap profesor yang telah mempelajari berbagai
hal tentang Indonesia selama 40 tahun itu.
ada tradisi memasang gambar dan tulisan pada bus, becak, angkot di
beberapa daerah di Indonesia, tetapi saya kira puncaknya ada di Padang,
untuk angkot dan bus,” ungkap profesor yang telah mempelajari berbagai
hal tentang Indonesia selama 40 tahun itu.
Menurutnya angkot di
Padang memiliki karakter yang unik sejak ia pertama kali menemukan
berada di kota itu pada tahun 2007. “Saya memulai usaha mengoleksi
gambar karena sangat menarik, budaya pop yang dinamis, kreatif, asyik,
jenaka,” kata Reeve.
Padang memiliki karakter yang unik sejak ia pertama kali menemukan
berada di kota itu pada tahun 2007. “Saya memulai usaha mengoleksi
gambar karena sangat menarik, budaya pop yang dinamis, kreatif, asyik,
jenaka,” kata Reeve.
![]() |
Prof David Reeve saat
peluncuran buku Angkot dan Bus Minangkabau (Foto: Australia Plus ABC) |
Reeve mengaku, “tetapi setelah saya terlibat dalam penelitian saya
sadar bahwa budaya pop itu terancam punah. Jadi ada tujaun untuk
merekamnya sebelum punah.”
sadar bahwa budaya pop itu terancam punah. Jadi ada tujaun untuk
merekamnya sebelum punah.”
Berkat dokumentasi yang ia buat
lewat buku bergambar 350 angkot dan bus itu, Pemerintah Sumatra Barat
dan Pemkot Padang memberikan pehatian terhadap angkot dan seninya. Sebab
menurut Reeve pemerintah daerah ternyata sempat tidak menyukai fenomena
pop pada angkot tersebut. Sehingga sering terjadi razia terhadap
angkutan umum bergambar dan bermusik agar kembali menjadi “bersih”.
lewat buku bergambar 350 angkot dan bus itu, Pemerintah Sumatra Barat
dan Pemkot Padang memberikan pehatian terhadap angkot dan seninya. Sebab
menurut Reeve pemerintah daerah ternyata sempat tidak menyukai fenomena
pop pada angkot tersebut. Sehingga sering terjadi razia terhadap
angkutan umum bergambar dan bermusik agar kembali menjadi “bersih”.
Dalam
pandangan Reeve, upaya razia terhadap angkot ekspresif tersebut adalah
aneh. “Kita lihat misalnya tindakan Bu Risma di Surabaya, begitu pula
yang di Bandung, ada usaha membuat angkot menjadi bersih, lebih rapi,”
ujarnya membandingkan.
pandangan Reeve, upaya razia terhadap angkot ekspresif tersebut adalah
aneh. “Kita lihat misalnya tindakan Bu Risma di Surabaya, begitu pula
yang di Bandung, ada usaha membuat angkot menjadi bersih, lebih rapi,”
ujarnya membandingkan.
Ia mengaku takut atas nama kebersihan,
angkot-angkot unik itu akan hilang. Menurutnya letak keanehannya ada
pada bagaimana orang di Indonesia sering berbicara tentang kearifan
lokal, namun budaya pop dari angkot ini tidak dianggap sebagai kearifan
lokal. “Saya memang orang asing dan tidak bermaksud menggurui tetapi
sayang kalau kearifan lokal ini bakal punah,” jelas Reeve.
angkot-angkot unik itu akan hilang. Menurutnya letak keanehannya ada
pada bagaimana orang di Indonesia sering berbicara tentang kearifan
lokal, namun budaya pop dari angkot ini tidak dianggap sebagai kearifan
lokal. “Saya memang orang asing dan tidak bermaksud menggurui tetapi
sayang kalau kearifan lokal ini bakal punah,” jelas Reeve.
Reeve
pun mengungkapkan bahwa hadirnya angkot keberadaan angkot sudah menjadi
bagian dari kehidupan perkotaan di Indonesia dan munculnya budaya pop
di angkot sudah berlangsung selama 30 tahun terakhir. “Di Padang ada
sekitar 2 ribu angkot yang melintas tiap 7-10 detik, bukan 7-10 menit,”
katanya.
pun mengungkapkan bahwa hadirnya angkot keberadaan angkot sudah menjadi
bagian dari kehidupan perkotaan di Indonesia dan munculnya budaya pop
di angkot sudah berlangsung selama 30 tahun terakhir. “Di Padang ada
sekitar 2 ribu angkot yang melintas tiap 7-10 detik, bukan 7-10 menit,”
katanya.
Silahkan Tonton videonya Dibawah ini:
Itu mengapa menurut Reeve angkot-angkot unik ini adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari pemandangan kota Padang. “Pengunjung dari luar
Padang selalu kagum dan menyukai mereka,” tambah Reeve.
tidak terpisahkan dari pemandangan kota Padang. “Pengunjung dari luar
Padang selalu kagum dan menyukai mereka,” tambah Reeve.
Memang,
Reeve menyadari bahwa angkot akan terancam menghilang dari kota-kota di
Indonesia termasuk Padang karena adanya persaingan dengan pemilik
motor, transportasi massal seperti Trans Padang, transportasi online
ataupun karena kebijakan pemerintah.
Reeve menyadari bahwa angkot akan terancam menghilang dari kota-kota di
Indonesia termasuk Padang karena adanya persaingan dengan pemilik
motor, transportasi massal seperti Trans Padang, transportasi online
ataupun karena kebijakan pemerintah.
“Saya berharap pemerintah
melihat angkot ini sebagai aset. Pemda kan ingin sekali ada lebih banyak
turis datang ke sana. Ini sebuah aset untuk dihargai,” jelas Reeve.
melihat angkot ini sebagai aset. Pemda kan ingin sekali ada lebih banyak
turis datang ke sana. Ini sebuah aset untuk dihargai,” jelas Reeve.
Meski
mendorong agar angkot pop ini dilestarikan, Reeve pun setuju bahwa
angkot perlu untuk ditertibkan. “Sehingga pengemudinya tidak ugal-ugalan
tetapi jangan sampai punah,” ujarnya.
mendorong agar angkot pop ini dilestarikan, Reeve pun setuju bahwa
angkot perlu untuk ditertibkan. “Sehingga pengemudinya tidak ugal-ugalan
tetapi jangan sampai punah,” ujarnya.
Buku yang diterbitkan
oleh Reeve ini menjadi perhatian banyak orang meskipun di Padang atau di
kota-kota lainnya hal seperti ini adalah hal yang biasa. “Untuk orang
dari luar yang melihat ini sebagai sesuatu yang menarik,” ungkapnya.
oleh Reeve ini menjadi perhatian banyak orang meskipun di Padang atau di
kota-kota lainnya hal seperti ini adalah hal yang biasa. “Untuk orang
dari luar yang melihat ini sebagai sesuatu yang menarik,” ungkapnya.
Selain
menarik dari sisi budaya, Reeve juga menjelaskan bahwa fenomena angkot
dan bus pop ini nyatanya memiliki nilai ekonomi. Karena mampu untuk
menarik penumpang. “Nilai ekonomisnya besar. Kalau ada angkot yang
dekorasinya super maka hasil tarikan mereka satu hari bisa dua kali
lebih banyak dibandingkan yang lain,” ungkap Reeve.
menarik dari sisi budaya, Reeve juga menjelaskan bahwa fenomena angkot
dan bus pop ini nyatanya memiliki nilai ekonomi. Karena mampu untuk
menarik penumpang. “Nilai ekonomisnya besar. Kalau ada angkot yang
dekorasinya super maka hasil tarikan mereka satu hari bisa dua kali
lebih banyak dibandingkan yang lain,” ungkap Reeve.
Bahkan,
Reeve menambahkan, “Ini cara sopir untuk beriklan dan mendapatkan
penumpang setia. Kadang ada penumpang yang memiliki nomor telepon sopir
dan hanya naik mobil yang mereka sukai saja.”
Reeve menambahkan, “Ini cara sopir untuk beriklan dan mendapatkan
penumpang setia. Kadang ada penumpang yang memiliki nomor telepon sopir
dan hanya naik mobil yang mereka sukai saja.”
Jadi fenomena transportasi di Indonesia ternyata tidak hanya “om
telolet om” saja ya. Tetapi juga seperti angkot-angkot penuh kreatifitas
yang berusaha untuk menarik perhatian para penumpangnya ditengah
persaingan yang semakin ketat. Bagaimana menurutmu kawan?
telolet om” saja ya. Tetapi juga seperti angkot-angkot penuh kreatifitas
yang berusaha untuk menarik perhatian para penumpangnya ditengah
persaingan yang semakin ketat. Bagaimana menurutmu kawan?
[Source, goodnewsfromindonesia.id]
Komentar