![]() |
Ilustrasi |
PURBALINGGA-JATENG, SriwijayaAktual.com – Rendahnya tingkat literasi masyarakat menjadikan
Indonesia sasaran empuk berita hoax (berita bohong). Masyarakat
pengguna internet (netizen) kerap menjadikan media sosial sebagai sumber
informasi, padahal tidak semua informasi yang berseliweran itu benar.
Berita hoaks dengan mengangkat isu SARA (Suku, Agama, Ras dan
Antargolongan ) masih menjadi senjata yang ampuh untuk memecah belah
rasa persatuan di masyarakat.
Indonesia sasaran empuk berita hoax (berita bohong). Masyarakat
pengguna internet (netizen) kerap menjadikan media sosial sebagai sumber
informasi, padahal tidak semua informasi yang berseliweran itu benar.
Berita hoaks dengan mengangkat isu SARA (Suku, Agama, Ras dan
Antargolongan ) masih menjadi senjata yang ampuh untuk memecah belah
rasa persatuan di masyarakat.
Hal itu terungkap pada diskusi ‘Merdeka dari
Hoax’ yang digelar Dewan Pengurus Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda
Indonesia (KNPI) Purbalingga di aula Dinas Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Sabtu (26/8/2017) malam.
Hoax’ yang digelar Dewan Pengurus Daerah (DPD) Komite Nasional Pemuda
Indonesia (KNPI) Purbalingga di aula Dinas Pemuda Olah Raga dan
Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Sabtu (26/8/2017) malam.
Diskusi itu menghadirkan tiga nara sumber
masing-masing Ir Prayitno, M.Si (Kabid Humas dan Informasi Komunikasi
Publik Dinas Kominfo Purbalingga), Indaru Setyo Nurprojo, S.IP, MA
(Dosen Ilmu Politik Unsoed Purwokerto), dan Joko Santoso, S.Si (Ketua
Persatuan Wartawan Indonesia/PWI Perwakilan Purbalingga). Diskusi dibuka
oleh Ketua DPD KNPI Purbalingga Agil Kusumasari, S.Sos.
masing-masing Ir Prayitno, M.Si (Kabid Humas dan Informasi Komunikasi
Publik Dinas Kominfo Purbalingga), Indaru Setyo Nurprojo, S.IP, MA
(Dosen Ilmu Politik Unsoed Purwokerto), dan Joko Santoso, S.Si (Ketua
Persatuan Wartawan Indonesia/PWI Perwakilan Purbalingga). Diskusi dibuka
oleh Ketua DPD KNPI Purbalingga Agil Kusumasari, S.Sos.
Prayitno mengungkapkan, berdasar data
Assosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016, dari
jumlah penduduk Indonesia 256,2 juta jiwa, penetrasi pengguna internet
mencapai 132,7 juta atau 51,8 persen. Dari pengguna internet ini,
sebanyak 71,6 juta atau 54 persen menggunakan konten media sosial
facebook. Selebihnya menggunakan media sosial instagram, Youtube,
twitter, G+, dan Linked In.
Assosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016, dari
jumlah penduduk Indonesia 256,2 juta jiwa, penetrasi pengguna internet
mencapai 132,7 juta atau 51,8 persen. Dari pengguna internet ini,
sebanyak 71,6 juta atau 54 persen menggunakan konten media sosial
facebook. Selebihnya menggunakan media sosial instagram, Youtube,
twitter, G+, dan Linked In.
“Ironisnya, ketika membaca informasi
tertentu, pengguna media sosial ini kebanyakan hanya melihat judulnya
saja, dan jika menurutya cocok, terlepas dari benar tidaknya, maka
netizen langsung share. Inilah yang memicu sebuah informasi hoaks akan
menjadi semakin viral,” kata Prayitno.
tertentu, pengguna media sosial ini kebanyakan hanya melihat judulnya
saja, dan jika menurutya cocok, terlepas dari benar tidaknya, maka
netizen langsung share. Inilah yang memicu sebuah informasi hoaks akan
menjadi semakin viral,” kata Prayitno.
Prayitno mengungkapkan, berita hoax yang biasa disebut oleh orang berita hoaks
tidak banyak memberi manfaat bagi netizen dan masyarakat. Berita hoaks
bisa mengakibatkan permusuhan, perpecahan di masyarakat, menebar rasa
kebencian, memicu amarah, membuat ketidakpercayaan, dan membuat masalah
bagi yang menyebarkannya. “Namun, ada juga kelompok yang memanfaatkan
berita hoaks sebagai ladang bisnis dan juga untuk kepentingan politik.
tidak banyak memberi manfaat bagi netizen dan masyarakat. Berita hoaks
bisa mengakibatkan permusuhan, perpecahan di masyarakat, menebar rasa
kebencian, memicu amarah, membuat ketidakpercayaan, dan membuat masalah
bagi yang menyebarkannya. “Namun, ada juga kelompok yang memanfaatkan
berita hoaks sebagai ladang bisnis dan juga untuk kepentingan politik.
Akhir-akhir ini, Polri telah berhasil mengungkap jaringan Saracen yang
menebarkan berita hoaks sebagai ladang bisnis, tanpa mempertimbangkan
kerugian yang akan dipikul masyarakat luas,” kata Prayitno.
menebarkan berita hoaks sebagai ladang bisnis, tanpa mempertimbangkan
kerugian yang akan dipikul masyarakat luas,” kata Prayitno.
Prayitno mengingatkan, agar masyarakat
khususnya kalangan pemuda bersikap cerdas dan bijak dalam menggunakan
media sosial. Literasi internet sudah saatnya diterapkan dalam
pendidikan. Agar menjadi pembaca yang cerdas, netizen perlu membaca
baik-baik sinkronisasi judul dan isi berita, kemudian cek media apa dan
siapa yang menerbitkannya. Cek waktu dan tanggal publikasi, cek siapa
penulisnya. Perhatikan pula sumber dan link yang digunakan, perhatikan
kutipan dan foto, hati-hati dengan bias informasi, dan lihat situs lain
apakah ada yang melaporkan hal yang sama atau tidak. “Netizen yang
cerdas dan bijak, akan berpikir sebelum klik share,” pinta Prayitno.
khususnya kalangan pemuda bersikap cerdas dan bijak dalam menggunakan
media sosial. Literasi internet sudah saatnya diterapkan dalam
pendidikan. Agar menjadi pembaca yang cerdas, netizen perlu membaca
baik-baik sinkronisasi judul dan isi berita, kemudian cek media apa dan
siapa yang menerbitkannya. Cek waktu dan tanggal publikasi, cek siapa
penulisnya. Perhatikan pula sumber dan link yang digunakan, perhatikan
kutipan dan foto, hati-hati dengan bias informasi, dan lihat situs lain
apakah ada yang melaporkan hal yang sama atau tidak. “Netizen yang
cerdas dan bijak, akan berpikir sebelum klik share,” pinta Prayitno.
Prayitno juga mendorong KNPI Purbalingga
untuk ikut membangun negeri dengan informasi melalui gerakan bijak
bermedia sosial. “Mencermati serangan berita hoaks yang semakin
menggurita, maka sudah saatnya pemuda Purbalingga yang tergabung dalam
KNPI untuk bergerak bersama melakukan gerakan Bijak Bermedia Sosial,”
ajak Prayitno.
untuk ikut membangun negeri dengan informasi melalui gerakan bijak
bermedia sosial. “Mencermati serangan berita hoaks yang semakin
menggurita, maka sudah saatnya pemuda Purbalingga yang tergabung dalam
KNPI untuk bergerak bersama melakukan gerakan Bijak Bermedia Sosial,”
ajak Prayitno.
Sementara itu Joko Santoso yang
membawakan makalah ‘Peran Media dalam Melawan Berita Bohong’, mengatakan
munculnya berita hoaks menunjukkan bahwa kebohongan tidak dilakukan
oleh pribadi saja, tetapi sudah dilakukan secara kolektif demi tujuan
tertentu. Bahkan kebohongan itu seperti sudah menjadi industri. Hal
yang dijadikan isu kabar bohong itu juga beragam, mulai dari peristiwa,
isu politik, informasi produk, citra diri atau bahkan isu sains.
membawakan makalah ‘Peran Media dalam Melawan Berita Bohong’, mengatakan
munculnya berita hoaks menunjukkan bahwa kebohongan tidak dilakukan
oleh pribadi saja, tetapi sudah dilakukan secara kolektif demi tujuan
tertentu. Bahkan kebohongan itu seperti sudah menjadi industri. Hal
yang dijadikan isu kabar bohong itu juga beragam, mulai dari peristiwa,
isu politik, informasi produk, citra diri atau bahkan isu sains.
“Saat ini yang diperlukan adalah melawan
dan menghentikan berita hoaks. Dalam kondisi ini, media arus utama
(media mainstream) harus mampu meluruskan hal-hal yang bengkok-bengkok
serta menjernihkan kekeruhan yang terjadi di media sosial. Bukan justru
ikut larut dan malah memungut isu-isu yang belum terverifikasi di media
sosial menjadi bahan berita,” katanya.
dan menghentikan berita hoaks. Dalam kondisi ini, media arus utama
(media mainstream) harus mampu meluruskan hal-hal yang bengkok-bengkok
serta menjernihkan kekeruhan yang terjadi di media sosial. Bukan justru
ikut larut dan malah memungut isu-isu yang belum terverifikasi di media
sosial menjadi bahan berita,” katanya.
Pembicara lain, Indaru Setyo Nurprojo
mengungkapkan, kebangkitan marketing issue mulai terjadi menjelang
pilpres 2014 silam. Berita hoaks mulai menggebrak politik. Isu SARA
masih dianggap oleh kelompok tertentu sebagai isu strategis yang kejam
dan mampu menjadi senjata politik yang kuat. “Isu SARA sepertinya masih
menjadi isu yang sexy untuk digunakan oleh kelompok tertentu memecah
belah karena cepat di respon oleh masyarakat. Isu SARA ini menjadi titik
kelemahan bangsa Indonesia dan ibarat penyakit sulit untuk
disembuhkan,” tegas Indaru.
mengungkapkan, kebangkitan marketing issue mulai terjadi menjelang
pilpres 2014 silam. Berita hoaks mulai menggebrak politik. Isu SARA
masih dianggap oleh kelompok tertentu sebagai isu strategis yang kejam
dan mampu menjadi senjata politik yang kuat. “Isu SARA sepertinya masih
menjadi isu yang sexy untuk digunakan oleh kelompok tertentu memecah
belah karena cepat di respon oleh masyarakat. Isu SARA ini menjadi titik
kelemahan bangsa Indonesia dan ibarat penyakit sulit untuk
disembuhkan,” tegas Indaru.
Ketiga pembicara juga sepakat untuk
mendorong lembaga pendidikan untuk meningkatkan literasi internet dan
mendorong KNPI Purbalingga menjadikan gerkan moral ‘Bijak Bermedia
Sosial’ untuk menekan dan melawan berita hoaks yang makin merugikan
masyarakat. (yit/el/Beritajateng)
mendorong lembaga pendidikan untuk meningkatkan literasi internet dan
mendorong KNPI Purbalingga menjadikan gerkan moral ‘Bijak Bermedia
Sosial’ untuk menekan dan melawan berita hoaks yang makin merugikan
masyarakat. (yit/el/Beritajateng)
Komentar