![]() |
(Ilustrasi) |
JAKARTA, SriwijayaAktual.com – Menteri Keuangan RI (Menkeu RI ) Sri Mulyani meyakini Indonesia
akan benar-benar terbebas dari belitan hutang luar negeri dengan catatan,
kondisi penerimaan negara sudah bisa stabil dan lebih besar dari
belanjar negara.
akan benar-benar terbebas dari belitan hutang luar negeri dengan catatan,
kondisi penerimaan negara sudah bisa stabil dan lebih besar dari
belanjar negara.
“Banyak yang menanyakan, kapan bu kita berhenti pinjam? Saya akan
berhenti pinjam kalau pendapatan kita lebih dari belanja,” kata Menkeu
Sri Mulyani seperti dikutip kemenkeu.go.id, (17/2/2017.
berhenti pinjam kalau pendapatan kita lebih dari belanja,” kata Menkeu
Sri Mulyani seperti dikutip kemenkeu.go.id, (17/2/2017.
Saat ini, Indonesia masih menganut kebijakan ekspansif dimana belanja
lebih besar daripada penerimaan, yang tujuannya adalah untuk
menggerakkan perekonomian. Dengan adanya celah anggaran ini, maka
pemerintah melakukan pembiayaan melalui utang.
lebih besar daripada penerimaan, yang tujuannya adalah untuk
menggerakkan perekonomian. Dengan adanya celah anggaran ini, maka
pemerintah melakukan pembiayaan melalui utang.
Baca Juga Ini; Kemiskinan dan Kesenjangan Jadi Tantangan Ekonomi di Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa
Indonesia memiliki kemampuan untuk berhenti “meminjam”. Sebagai negara
yang terus melakukan pembangunan, Indonesia membutuhkan anggaran belanja
infrastruktur yang tinggi. “Dan untuk membangun, penerimaan itu tidak
datang dari langit,” tambahnya.
Indonesia memiliki kemampuan untuk berhenti “meminjam”. Sebagai negara
yang terus melakukan pembangunan, Indonesia membutuhkan anggaran belanja
infrastruktur yang tinggi. “Dan untuk membangun, penerimaan itu tidak
datang dari langit,” tambahnya.
Saat ini, pemerintah terus berupaya memperbaiki tax ratio untuk mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. Tax ratio
sebagai indikator jumlah pembayar pajak masih tergolong rendah di
kisarang 11 persen. Ini berarti masih besar peluang untuk meningkatkan
penerimaan pajak. “Jadi, jangan lupa bayar pajak ya,” tegasnya.(*)
sebagai indikator jumlah pembayar pajak masih tergolong rendah di
kisarang 11 persen. Ini berarti masih besar peluang untuk meningkatkan
penerimaan pajak. “Jadi, jangan lupa bayar pajak ya,” tegasnya.(*)
Komentar